Kupang, 2 September 2025– Dalam upaya memperkuat inklusi keuangan dan mendorong kontribusi nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Sinergitas Aktor Pentahelix dalam Peningkatan Inklusi Keuangan di Kawasan Timor-Barat NTT” yang dilaksanakan di Kota Kupang.
Forum strategis ini mempertemukan berbagai elemen penting dalam pembangunan ekonomi daerah, mulai dari unsur perbankan, akademisi, pelaku UMKM, lembaga swadaya masyarakat, hingga insan media. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan mampu merumuskan solusi konkret dalam memperkuat peran UMKM sebagai motor penggerak ekonomi lokal.
Acara ini dipandu akademisi terkemuka, Prof. Fred Benu, dan turut dihadiri Plt. Direktur Utama Bank NTT, Yohanis Landu Praing, Direktur Utama KSP TLM Indonesia Zelsy N. W. Pah, Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bank NTT Yuan Taneo, serta sejumlah tokoh penting lainnya.
Strategi Optimalisasi PAD: Sinergi Pajak, Parkir, dan UMKM
Dalam pemaparannya, Prof. Fred Benu menggarisbawahi pentingnya reformasi dan integrasi dalam sistem pendapatan daerah. Ia mengajukan tiga strategi utama: optimalisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor, integrasi sistem pengelolaan parkir dengan pajak kendaraan, serta penguatan sektor UMKM melalui akses pembiayaan dan pendampingan berkelanjutan.
Menurut Prof. Benu, pemberdayaan UMKM harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya dengan menyediakan akses modal melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit khusus, tetapi juga dengan mengintensifkan pendampingan oleh aktor-aktor lokal seperti LSM dan tokoh masyarakat.
“Pendampingan menjadi kunci. Kekuatan komunitas lokal perlu diberdayakan agar UMKM bisa berkembang secara mandiri dan berkelanjutan,” tegasnya.
Bank NTT Siap Jadi Motor Penggerak Ekonomi Daerah
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Direktur Utama Bank NTT, Yohanis Landu Praing, menegaskan komitmen Bank NTT sebagai agent of development dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah. Ia menyoroti peran krusial Bank NTT dalam mencapai target PAD yang ambisius, yakni Rp2,8 triliun.
“Bank NTT tidak bisa bekerja sendiri. Peningkatan kapasitas UMKM membutuhkan kerja sama lintas sektor. Kita perlu bersatu dalam visi dan misi pembangunan,” ujarnya.
Yohanis menambahkan bahwa masukan dan kolaborasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan, terutama untuk memperkuat sistem pembinaan UMKM yang terintegrasi dan akuntabel.
Dari sisi lembaga keuangan mikro, Direktur Utama KSP TLM Indonesia, Zelsy N. W. Pah, menekankan pentingnya membuka akses pembiayaan bagi sektor-sektor strategis di pedesaan, seperti pendidikan dan pertanian. Ia mendorong hadirnya skema kredit produktif-konsumtif, termasuk kredit modal pendidikan dan pembiayaan alat pertanian seperti traktor.
“Akses terhadap pendidikan dan teknologi pertanian akan membawa dampak besar pada peningkatan kesejahteraan desa. Di sinilah Bank NTT bisa berperan sebagai mitra utama,” kata Zelsy.
Namun demikian, ia juga menggarisbawahi tantangan signifikan yang masih dihadapi, seperti rendahnya literasi keuangan dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap layanan digital perbankan.
Menuju Transformasi Ekonomi Daerah yang Inklusif
FGD ini menjadi momentum penting untuk menyatukan kekuatan lima unsur utama dalam konsep pentahelix — pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media — dalam mewujudkan transformasi ekonomi NTT yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui pendekatan kolaboratif, perluasan akses permodalan, pendampingan UMKM, serta edukasi digital dan keuangan, Provinsi NTT diyakini mampu mengoptimalkan potensi ekonomi lokal sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.











