Berita  

Gubernur NTT Kuliah Umum di Universitas Indonesia, Perkenalkan Simfoni Budaya Sumba

Gubernur NTT, Melki Laka Lena

Kupang, detakpasifik.com— Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena, dijadwalkan akan memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jumat (10/10/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Simfoni Budaya Sumba” dengan pokok materi bertajuk “Potensi Pariwisata dan Industri Kreatif Berbasis Budaya dalam Strategi Pemerintahan NTT.” Kuliah umum akan digelar pukul 15.00 WIB di Auditorium Soe Hok Gie, Gedung IX Sapardi Djoko Damono, Kampus UI Depok.

Informasi tersebut dikonfirmasi langsung oleh staf pribadi Gubernur NTT, Edy Naga, saat dihubungi detakpasifik, Rabu (8/10) siang.

“Iya, Kk (Kaka),” jawab Edy singkat melalui pesan WhatsApp, membenarkan rencana kuliah umum tersebut.

Kehadiran Gubernur Melki di panggung akademik Universitas Indonesia bukan hanya sekadar seremoni. Ini adalah panggung strategis untuk memperkenalkan NTT secara lebih luas di panggung intelektual, mempertemukan narasi lokal dengan audiens nasional dan bahkan global, mengingat mahasiswa UI berasal dari berbagai penjuru Indonesia dan sejumlah negara lain.

Salah satu tokoh yang menyambut positif agenda ini adalah Dr. Marius Jelamu, alumni UI sekaligus mantan birokrat di lingkup pemerintahan NTT. Marius menyebut kuliah umum ini sebagai momentum penting untuk memperkenalkan NTT dalam spektrum yang lebih luas, bukan hanya soal destinasi wisata, tetapi juga kontribusi intelektual dan budaya masyarakatnya terhadap Indonesia.

READ  Solidaritas Korban Penembakan, DKI Beri Warna Bendera New Zealand di JPO GBK

Menurut Marius, Melki Laka Lena berpeluang besar membingkai NTT secara komprehensif di hadapan civitas akademika UI. “Gubernur bisa bicara tentang kekayaan budaya, adat istiadat, keragaman alam, bahkan toleransi beragama yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat NTT,” kata Marius.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya menyoroti kontribusi tokoh-tokoh asal NTT dalam sejarah bangsa. Dari Prof. Dr. Gorys Keraf, pakar linguistik yang berperan dalam pengembangan bahasa Indonesia, hingga Prof. Dr. Wilhelmus Zakaria Yohanes, radiolog pertama di Indonesia yang pernah mengajar di STOVIA. Juga Frans Seda, mantan Menteri Keuangan yang menjadi arsitek ekonomi pada masa transisi Orde Lama ke Orde Baru serta pendiri Universitas Atma Jaya Jakarta.

Di bidang akademik, UI juga memiliki banyak dosen yang berasal dari NTT seperti Dr. Frans Asisi Datang, Dr. Boni Hargens, Prof. Robert Lawang, hingga almarhum Prof. Dr. Manase Malo.

READ  Pertemuan Mahasiswa: Api Rendra yang Tak Pernah Padam

Melki Laka Lena juga diperkirakan akan mengangkat pesatnya perkembangan pariwisata NTT, terutama kawasan Labuan Bajo yang telah ditetapkan sebagai salah satu dari lima destinasi superprioritas nasional. Saat ini, Labuan Bajo sudah melayani penerbangan internasional ke sejumlah negara.

Selain itu, ragam destinasi lain di Flores, Sumba, Timor, Alor, Sabu, dan Rote juga menyimpan potensi besar. Tak hanya wisata alam, tetapi juga wisata budaya, spiritual, hingga geowisata.

Penerbangan domestik menuju berbagai daerah di NTT kini semakin lancar, berkat hadirnya berbagai maskapai nasional yang melayani rute-rute strategis, membuka akses yang lebih luas untuk investor dan wisatawan.

Tak ketinggalan pula potensi sektor lain seperti pertanian, peternakan, perikanan, garam, serta kekayaan sumber daya alam bawah tanah, dari emas di Sumba, nikel di Timor, hingga energi panas bumi (geothermal) di Flores.

Salah satu kekayaan budaya yang diperkirakan menjadi sorotan adalah tenun ikat khas NTT. Kain tenun dari wilayah ini terkenal karena teknik pewarnaannya yang menggunakan akar pohon alami, menjadikannya komoditas budaya bernilai tinggi di pasar internasional.

READ  Mahasiswa Manggarai Galang Dana untuk Pasien Tumor Payudara

Jembatan Menuju Dunia

Letak geografis NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia menjadikannya daerah dengan potensi kerja sama internasional yang kuat, baik dalam bidang perdagangan, pendidikan, maupun pariwisata. Pemerintah provinsi di bawah kepemimpinan Melki Laka Lena telah menjalin berbagai kerja sama lintas negara untuk mendorong pembangunan kawasan perbatasan.

“Ini bukan sekadar promosi wisata. Ini adalah panggung diplomasi budaya dan penguatan identitas regional dalam skala nasional,” kata Marius.

Ia berharap, kuliah umum ini dapat membuka cakrawala para mahasiswa dan akademisi tentang NTT, bukan hanya sebagai daerah pinggiran, tetapi sebagai simpul penting dalam mozaik kebudayaan dan pembangunan Indonesia.

Dengan tema “Simfoni Budaya Sumba”, Melki Laka Lena tampaknya tidak hanya ingin berbicara tentang destinasi, tetapi juga tentang harmoni, kekuatan kolektif masyarakat, dan potensi kreatif yang bisa mendorong NTT keluar dari bayang-bayang ketertinggalan menuju pentas global. (Juan Pesau)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *